Para Orang Tua Siswa-Siswi Yayasan Methodist-An Pancur Batu Masih Berjuang

SUMUT,WARTAPENARIAU.com-Perjalanan panjang dan perjuangan para orang tua siswa-siswi sekolah Methodist -An Pancur Batu belum berhenti, karena hingga kini masih berlanjut dengan gigih, kerja keras, dan berjuang sampai ketitik lelah yang tentu mengharapkan hasil yang memuaskan hingga tuntutan para orang tua dipenuhi oleh pihak yayasan.

Ihwal perjuangan orang tua siswa-siswi bukan tanpa alasan, dimana saat ini indonesia bahkan dunia sedang dilanda musibah wabah penyakit pandemi virus corona (covid 19), dampak dari musibah ini sangat dirasakan oleh orang tua siswa-siswi sekolah Methodist-An sehingga membuat perekonomian orang tua siswa-siswi sangat berdampak bahkan hingga meradang akibat pandemi covid 19, karena itu orang tua siswa-siswi bekerja keras memperjuangkan aspirasi mereka kepada pihak sekolah Methodist An yang bernaung dibawah sebuah Yayasan Perguruan Gereja Methodist Indonesia Antiokhia Pancur Batu (YPGMIA).

Menurut pengakuan orang tua siswa-siswi, bahwa sekali-kali tidak pernah menyalahkan institusi atau lembaga dalam hal ini sekolah dan yayasannya, namun yang disesalkan beberapa orang tua siswa-siswi adalah para oknum pengurus Yayasan mereka ‘tuding tidak punya hati nurani’,bahkan cenderung otoriter dalam mengambil keputusan”, sementara tanpa disadari bahwa peranan orang tua siswa-siswi sangatlah penting dilibatkan setiap mengambil kepeutusan di sekolah.

Ditambahkan orang tua siswa-siswi sebelum adanya wabah penyakit seperti covid 19, para orang tua siswa-siswi tidak pernah menuntut apa-apa dan apapun yang menjadi keputusan senantiasa diikuti dan dijalankan semua orang tua.

“Kami hanya menuntut keringinan selama covid 19 ini melanda kita, karena selama ini orang tua tidak pernah protes, minta keringinan biaya dan tidak pernah menuntut apa-apa,”ungkap MJ (35) kepada wartapenariau.com.

Selanjutnya disampaikan, “Gara-gara covid 19 ini semua merasakan dampaknya, termasuk kami orang tua siswa-siswi sekolah Methodist sangat merasakan beban akibat dari pandemi ini,”keluhnya menambahkan yang diaminkan rekan lainnya.

Seperti yang dirilis media ini sebelumnya, Sabtu (2/05/2020) sekita pukul 10:00 Wib, para orang tua siswa/wi berjumlah puluhan orang mendatangi pihak sekolah/ Yayasan untuk menyampaikan tuntutan mereka dan kedatangan orang tua siswa-siswi ini diterima perwakilan Yayasan Ibu Lily dan pengurus lainya atau kepala Sekolah.

Atas kedatangan orang tua siswa-siswi, pengurus sekolah/yayasan mengadakan pertemuan tertutup dengan orang tua siswa-siswi di salah satu ruangan yang dimulai pukul 10:00 s/d selesai.

Dalam pertemuan tersebut orang tua siswa-siswi turut didampingi satu orang anggota DPRD Deli Serdang yang membidangi pendidikan.

Sebenarnya ada 2 (dua) tuntutan yang paling mendasar yaitu pengurangan uang sekolah(SPP) dengan memberikan diskon 50 persen dan dibebaskannya uang semester tahun ajaran 2020.

Ada juga tuntutan lain dari orang tua siswa-siswi yakni supaya ada transparansi mengenai penggunaan dana BOS karena menurut para orang tua pihak Yayasan terbuka bahkan tidak diketahui mereka penggunaan Dana BOS tersebut dan orang tua juga menuding bahwa pihak sekolah/yayasan tidak pernah melibatkan orang tua siswa dalam mengambil keputusan yang ada sangkut pautnya dengan kegiatan sekolah.

Kemudian setelah satu pekan menunggu keputusan Yayasan atas tuntutan orang tua, Sabtu (09/05/2020), puluhan orang tua siswa-siswi mendatangi pihak Sekolah/Yayasan, guna mendengar hasil keputusan Yayasan atas tuntutan orang tua pengurangan uang sekolah dengan memberikan diskon 50 persen dan dibebaskannya uang semester tahun ajaran 2020.

Orang tua yang hadir dalam pertemuan sangat kecewa atas keputusan yang disampaikan pihak sekolah/yayasan, bahkan beberapa komentar dan tanggapan miring keluar dari para orang tua dan sejauh ini para orang tua tidak akan berhenti perjuanganya sampai disitu saja.

Pengamatan wartapenariau.com dilapangan bahwa orang tua siswa-siswi menuding kembali ada yang tidak beres dengan sekolah tersebut. “Yayasan mengambil keputusan sepihak dan kami orang tua tetap menuntut keringanan,” Ungkap orang tua dengan nada kecewa.

Menurut orang tua siswa, yayasan tetap ngotot dan dan tidak bergeming atas tuntutan orang tua, “Mereka (yayasan red) tetap mengotot bahwasannya pengurangan itu paling besar 80 ribu untuk yang reguler” ujar orang tua dengan nada kesal.

Perjuangan orang tua siswa-siswa masih berlanjut, disaat orang tua mendengar kabar akan ada kunjungan kerja (kunker) anggota DPRD Deli Serdang ke kantor Kecamatan dan kabar tersebut benar, Senin (11/5/2020). Komisi D DPRD Deli Serdang mengadakan kunjungan kerja (kunker) di Kecamatan Pancur Batu.

Dalam kunjungan turut dihadiri wakil Ketua DPRD Deli Serdang, Amit Damanik serta Ketua Komisi D, Tomas Darwin Sembiring dan Sekretaris Komisi D Saadah Lubis dan anggota Komisi D DPRD Deli Sedang lainnya.

Agenda kunker tersebut juga disoroti Dewan mengenai dunia pendidikan daerah Kecamatan Pancur Batu. Tampak jelas Sekretaris Komisi D Saadah Lubis yang juga mantan Kepala Dinas Pendidikan Kab Deli Serdang mencecar beberapa pertanyaan mencecar koodinator Wilayah Kecamatan (Korwilcam) Dinas Pendidikan Sadarta Sembiring.

“Apakah Ibu tau orangtua murid berunjuk rasa beberapa waktu lalu?”kritiknya.

“Tidak ibu dewan,”sahutnya” Sahut Korwil. “Jangan hanya baca berita luar negeri Ibu Korwil, sesekali berita daerahlah baca,” katanya berseloroh kepada korwilcam.

“Nanti agar didengarkan aspirasi orang tua siswa-siswi itu terkait biaya iuran di salah satu sekolah yang diminta keringanan akibat dampak Covid-19 ini agar difasilitasi dan dijembatani ke pihak yayasan agar ada titik temu kedua belah pihak,” tegasnya

Dalam kesempatan itu, orang tua siswa-siswi menyampaikan keluh kesah mereka kepada korwilcam agar menjembatani aspirasinya kepada yayasan, orang tua siswa-siawi juga mengemukakan bahwa sudah dua kali rapat/diskusi digelar dengan yayasan, namun yayasan hingga kini belum bergeming dan mengabulkan tuntutan orangtua dan masihbmenemui berbagai hambatan.

Perwakilan orang tua yang mengatasnamakan Ikatan Orang Tua Yayasan Methodist Indonesia Anthokia Pancur Batu itu menaruh harapannya kepada Korwilcam Pendidikan Pancur Batu supaya mampu menjembatani dan mengadakan musyawarah dengan pihak yayasan agar diberikan keringanan biaya sekolah sesuai tuntutanya.

Orang tua siswa-siswi juga menyerukan kepada Korwilcab “Mengapa setiap tahun naik terus iuran uang sekolah? Selama ini kenaikan uang sekolah terus yang dijelaskan, sekali-kali uang Dana BOS itulah dijelaskan kemana saja?” jelas mereka lantang.

Sejumlah orangtua siswa-siswi kecewa mengenai arahan dari pihak Yayasan yang mereka nilai mempersulit para orangtua untuk mendapatkan keringanan iuran uang sekolah. Orangtua juga menjelaskan, bahwa pihak yayasan meminta para orangtua murid untuk datang kembali ke yayasan dengan membawa surat miskin apabila menginginkan pemotongan 50 persen iuran sekolah. “Padahal kami hanya meminta keringanan saat Pandemi Covid-19 ini saja,” kata mereka

“Selama ini naik pun uang sekolah kami tidak ada pernah keberatan, namun saat Covid-19 ini berlangsung kami memang benar-benar membutuhkan keringanan. Kami para orangtua siswa memilih Yayasan Methodist ini agar mendidik anak kami agar berkarakter kasih, namun sekarang ini orangtua memohon kok gak ada kasih dari mereka,” katanya lagi

Disaat mendengarkan aspirasi orangtua, Korwilcam Pendidikan Pancur Batu Sadarta Sembiring memberi tanggapan, perihal anggaran dana BOS yang diterima pihak Yayasan Methodist mengatakan, itu merupakan hak penuh sekolah untuk penggunaan Dana BOS dan saya tidak mengetahui itu, dan Sadarta Sembiring mengatakan, sangat disayangkan pihak orangtua murid tak mngenal saya. “Namun kedepan jika ada masalah datangi saja kantor saya, saya siap menerima aspirasi para orang tua murid,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu Korwilcam Pancur Batu mengakui dan meminta maaf atas ketidaktahuannya tentang aksi para orangtua murid beberapa waktu yang lalu. “Saya atas nama Korwilcam Pendidikan Pancur Batu akan mendatangi pihak yayasan yaitu Pak Wong selaku pimpinan yayasan, agar mendapatkan titik terang,” urainya kepada orang tua.

Selanjutnya keterangan dari Anggota Komisi D DPRD Deliserdang Saadah Lubis bahwa Yayasan Methodist-An Pancur Batu dapat kucuran Dana BOS berjumlah 197 juta dalam setahun.

Dalam seruan lainnya, orang tua siswa-siswi juga meminta agar penegak hukum melalui Kejari Kabupaten Deliserdang mengaudit penggunaan Dana BOS yang masuk ke Yayasan Methodist. “Pihak orangtua tidak pernah mengetahui Dana BOS secara transparan,” harapnya.

“Di sekeliling kantor yayasan itu tidak ada plang transparansinya, bahkan kami tanya juga pihak yayasan tak mau memberi tahu” tambah mereka.

Selanjutnya upaya perjuangan orang tua tidak berhenti disitu saja, didengar kabar sedang menyusun surat petisi untuk dilayangkan kepada DPRD Deli Serdang, dengan tujuan segera menjembatani secara serius aspirasi orang tua, bila perlu DPRD Deli Serdang akan memanggil pengurus yayasan.

Penulis : Bonni T.Manullang

Editor   : Nelson

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *