“Konseling Melayu” Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Teknologi Dan Informasi

RIAU,WARTAPENARIAU.com-Pesatnya perkembangan teknologi merupakan hal yang saat ini tak bisa terhindarkan. Selain memberikan manfaat, perkembangan teknologi juga tidak jarang membawa dampak yang negatif bahkan malapetaka.

Banyak orang yang melakukan hal-hal aneh dan bahkan tidak masuk akal hanya karena tidak mampu memilih dan memilah informasi yang didapatnya melalui teknologi yang dimiliki. Maraknya kasus Hoax, bullying, penggunaan aplikasi yang tidak sesuai hingga kasus pembunuhan yang dilakukan seseorang akibat mencontoh perilaku yang didapatnya  melalui media sosial merupakan akibat buruk dari penyalahgunaan teknologi.

Salah satu contoh yang baru-baru ini terjadi yaitu kasus pembunuhan yang dilakukan remaja terhadap bayi yang terjadi di Jakarta. Dugaan penyebabnya yaitu terinspirasi dari salah satu tokoh anime yang ditontonnya dimedia sosial. Hal ini tentu sangat disayangkan. Remaja yang dalam pandangan kita seharusnya fokus pada kegiatan pembelajaran dan pengembangan diri sesuai dengan tahap perkembangannya, namun ternyata dengan tega melakukan tindakan yang keji dan diluar batas kewajaran.

Dalam konseling, upaya meminimalisir permasalahan yang disebabkan oleh penyalahgunaan teknologi ini sebenarnya dapat dilakukan salah satunya dengan penguatan pada aspek nilai-nilai budaya yang dianut. Hal ini dimaksudkan karena budaya sangat berkaitan dengan kebiasaan individu. Budaya juga memiliki nilai luhur yang pada penerapannya sudah dikaji oleh masyarakat terdahulu melalui pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari. Budaya biasanya juga sangat berkaitan erat dengan agama yang dianut oleh mayoritas pemilik budaya tersebut.

Pada masyarakat Melayu, penguatan nilai-nilai budaya Melayu melalui pelaksanaan konseling merupakan hal yang dirasa sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk memproteksi dan meminimalisir terpengaruhnya individu oleh informasi-informasi yang tidak sesuai yang kemungkinan akan memicu individu untuk bersikap dan bertindak negatif.

Dalam Budaya Melayu, pola kehidupan masyarakat telah diatur sedemikian rupa mulai dari kepercayaan, adab, cara perilaku, cara bersikap, sampai dengan pola berpikir masyarakatnya. Semua aspek tersebut bersumber pada Ajaran-ajaran Islam sehingga sudah dapat dipastikan bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya mengarah pada kebaikan.

Salah satu contoh ajaran Melayu yang dapat diaplikasikan dalam Konseling yaitu berkaitan dengan norma dalam berkomunikasi. Bagi orang Melayu, sebelum berbicara haruslah berpikir terlebih dahulu dan sampaikanlah dengan cara yang sopan dan santun. Hal ini tergambar dalam ungkapan “Kalau cakap pikirlah dulu sedikit”.

Kemudian, ada juga ajaran yang menuntut orang Melayu agar berperilaku yang baik serta ada manfaatnya, seperti yang tertuang dalam Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy, yang isinya yaitu:

“Wahai ananda dengarlah madah. Baikkan laku elokkan tingkah. Banyakkan kerja yang berfaedah. Supaya hidupmu beroleh berkah”

Selain norma di atas, masih banyak lagi norma-norma dan ajaran Melayu yang lain yang dapat dijadikan acuan dan diaplikasikan dalam Konseling untuk masyarakat Melayu.

Penulis: Roby Maiva Putra, M.Pd (Dosen Bimbingan Dan Konseling Universitas Riau Dan Sekretaris PD ABKIN Riau)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *