Inilah Sejarah Marga Sitompul

RIAU, SOSIAL, TAPUT209 Views
rura-silindung-tarutung
DESA SITOMPUL DI RURA SILINDUNG NAULI

TAPUT,WARTAPENARIAU.com-Informasi yang dihimpun Pemimpin Redaksi Wartapenariau.com,Sabtu (26/11/2016)  di daerah Desa Sigaol Timur, Kecamatan Uluan Kabupaten Tobasa, bahwa Raja Sobu pada awalnya bertempat tinggal di Onan Raja Balige, persisnya adalah di lokasi Rumah Sakit Umum HKBP Balige yang sekarang.

Tim kompasriau langsung meluncur ke Balige dan melakukan wawancara kepada sejumlah tokoh masyarakat. Kemudian tim kompasriau meluncur ke daerah Desa Gurgur Aek Raja,  Kecamatan Tampahan Tobasa. Ketika tim kompasriau memandang ke arah Tao Toba dari tempat pemandangan Adian Nalambok terlihat sebuah pemandangan indah.

Menurut beberapa orang warga, di daerah Desa Gurgur Aek, Raja Sobu bertempat tinggal dan hidup bersama masyarakat

disana. Raja Sobu nikah dengan seorang putri yang cantik jelita namanya Bunga Marsondang Boru Siregar. Begini ceritanya, bahwa Raja Sobu sedang santai duduk di atas pohon sambil menikmati indahnya kawasan gunung dan Tao Toba.

Dalam hatinya dia berdoa dan meminta kepada Tuhan agar ditunjukkan seorang putri atau gadis untuk dijadikan menjadi istri agar hidupnya tidak kesepian.

Ketika sadar dari alam angan-angannya, dia melihat ke bawah (dari atas pohon) muncul sebuah bunga yang sangat cantik dan mengeluarkan cahaya putih. Dalam bahasa batak : Bunga na bontar i na binereng nai marsinondang mansai uli. Raja Sobu turun dari atas pohon hendak memetik bunga yang cantik jelita itu. Ketika Raja Sobu hendak memetik bunga itu, ternyata bunga tersebut adalah seorang gadis cantik yang tidak ada tandingannya. Mereka pun saling berkenalan dan terjadilah hubungan cinta. Gadis tersebut akhirnya menjadi istrinya dan namanya disebut Bunga Marsondang.

Ceritanya Bunga Marsondang adalah Boru Siregar.
Dari hasil pernikahan Raja Sobu dengan Bunga Marsondang dikaruniai satu orang anak yaitu Hobolbatu. Bunga Marsondang sangat sayang terhadap anaknya Hobolbatu. Kemudian semua ilmu yang dimiliki Bunga Marsondang diturunkan kepada anaknya Hobolbatu. Dan setelah besar Hobolbatu kemudian dikawinkan dengan Boru Sinaga.

Istri Hobolbatu ada dua orang yaitu yang pertama Boru Sinaga dan istri kedua Boru Situmorang. Dari istri pertama Boru Sinaga lahir dua orang anak yaitu Sabar Dilaut (Lumbantoruan) dan Handang Dilaut (Lumbandolok).
Dari istri kedua Boru Situmorang lahir tiga anak. Anak pertama adalah Sabuk Nabegu (Siringkiron). Anak kedua lahir seorang anak perempuan namanya Mariana. (Dikenal sebagai Boru Tompul Sopurpuron) dan anak ketiga adalah Lintong Ditao (Sibange-bange).

Dari Gurgur, Ompu Hobolbatu dan keturunannya (pomparan) pindah ke arah Rura Silindung (Tarutung) bersamaan dengan marga lain seperti Naipospos dan Sihombing. Mereka berjalan kaki menelusuri lereng bukit barisan menuju Rura Silindung Tarutung.

Pertama kali mereka singgah di Hutabarat. Dari Hutabarat sebagian pomporan Raja Toga Sitompul pindah ke Lumban Siagian dan terakhir tinggal di Desa Sitompul. Ketika mereka sampai di Tarutung Rura Silindung yang berkuasa waktu itu adalah Guru Mangaloksa dan keturunannya.
Keturunan Raja Toga Sitompul tinggal di Tarutung tepatnya Desa Sitompul (sekarang). Sabar Dilaut membangun rumah di daerah bagian bawah (disebut Lumban Toruan) dan Handang Dilaut membangun rumah di bagian atas (Lumban Dolok) dan Lintong Ditao membangun rumah di daerah Bange-bange (makanya disebut Sibange-bange) dan Sabuk Nabegu tinggal di bibir gua dan dia selalu dikunjungi oleh abang dan adeknya. Makanya disebut daerah Sitingkiron dan menjadi Siringkiron.
Sejak itulah Sabar Dilaut selalu dipanggil Sitompul Lumban Toruan, Hangdang Dilaut dipanggil Sitompul Lumban Dolok, Sabuk Nabegu dipanggil Sitompul Siringkiron dan Lintong Ditao dipanggil Sitompul Sibange-bange.

Ketika kompasriau turun ke desa Sitompul masih ada parhutaan wilayah Sitompul Lumban Toruan, Lumban Dolok, Siringkuron dan Parhutaao Sibange-Bange. Semuanya masih di kawasan Desa Sitompul.

Bahkan diatas Desa Sitompul, terdapat bukit (tombak) milik masing-masing. “Sebelah sana adalah tombak (lahan) ni Lumbantoruan, sebelah sana lagi tombak ni Lumban Dolok, sebelah situ tombak ni Siringkiron dan sebelah yang itu tombak ni Sibange-bange.

Pada awalnya tinggal di Desa Sitompul, selain wilayah untuk tempat tinggal juga mereka mewarisi ‘tombak’ (bukit). “Waktu kecil saya masih ingat, kami anak-anak pergi ke ‘tombak’ untuk mencari kayu bakar. Dan hingga sekarang tidak ada marga lain yang mengaku ‘tombak’ tersebut selain marga sitompul.

Disanalah Keturunanmya tinggal. Sementara itu, Ompu Hobolbatu terus menelusuri gunung, lembah dan gunung sampai ke Luat Pahae, terus ke Sipirok, Padang Sidimpuan dan Gunungtua. Di daerah-daerah tersebut dia melihat bahwa ada kehidupan. Dia pun kembali ke Tarutung dan menceritakan bahwa di daerah yang dia jalani ada kehidupan baru yang lebih baik. Dia pun menyuruh pomparannya kesana membuka lahan pertanian.
Demikianlah tahun demi tahun, keturunan Raja Sitompul yang ada di Dea Sitompul Tarutung hijrah secara pelan-pelan ke Luat Pahae dan daerah Sipirok Tapanuli Selatan. Mereka menelusuri lereng gunung sampai ke daerah Pahae. Namun ada yang terus melanjutkan perjalanan sampai ke Sipirok dan Padang Sidempuan Tapanuli Selatan. Dari Luat Pahae ada yang turun lewat gunung dan lembah sampai ke Sibolga Tapanuli Tengah. Dari Tarutung ada juga yang merantau ke Laguboti yaitu Ompu Jarangar anak kelima dari Datumanggiling.

Karena kehidupan di Pahae jauh lebih menjanjikan daripada di Rura Silindung, maka keturunan sitompul yang ada di Tarutung hijrah setelah mendengar bahwa saudara-saudaranya sudah banyak yang berhasil di Pahae. Sampai generasi ke 8 (nomor 8 dari Raja Toga Sitompul pada tarombo) masih banyak yang hijrah ke Pahae. Disaat itu terjadi perang Padri dan perang Bonjol.
Lumban Toruan
Ompu Lumban Toruan mempunyai satu orang anak yaitu Raja Imbak Sahunu. Raja Imbak Sahunu punya dua anak yaitu Namora Sande Tua dan Baliga Raja. Anak dari Namora Sande Tua tiga orang yaitu Namora Naga Timbul, Namora Banuaji dan Namora Batu Mundom (keturunannya kini ada di Silindung).

Keturunan dari Namora Banuaji dua orang yaitu Sutan Maimatua dan Sutan Bodiala. Keturunan Sutan Maimatua ada tiga orang yaitu Lias Raja, Sampang Raja dan Jompak Raja. Ompu Lias Raja pergi ke Sibolga, Sampang Raja ke Janji Maria Pahae dan Jompak Raja pergi ke Sipirok. (Dalam buku Tarombo nomor urut 8 dari Raja Toga Sitompul).

Lumban Dolok
Ompu Lumban Dolok punya dua orang anak yaitu Saur Ni Aji dan Martangga Ni Batu. Anak dari Martangga Ni Batu tiga orang yaitu Tuan Nagani (Pergi ke Sigurung-gurung Pahae), Ompu Ni Guguan (tinggal di Silindung) dan Datu Goga. Anak dari Tuan Nagani empat orang yaitu Ompu Manggontang (keturunannya tinggal Pahae), Ompu Birong (Keturunannya ada yang pergi ke Sibolga), Ompu Panigoni (Keturunannya ada yang pergi Sidimpuan) dan Ompu Rori (keturunannya tetap tinggal Pahae).

Keturunan dari Ompu ni Guguan tiga orang yaitu Baha Raja, Parbalatuk Tunggal dan Buntul Mata. Anak dari Baha Raja tiga orang yaitu Ompu Partungkoan, Ompu Solopoan dan Raja Partahian. Anak dari Raja Partahian dua orang yaitu Ompu Lamak dan Naga Timbul (pergi ke Batu Nadua Sidimpuan). Ompu Lamak kawin dengan Boru Siagian dan mempunyai dua anak yaitu Ama ni Batu Lamak (Pergi ke Pahae dan kawin dengan Boru Sigurung -gurung di Pahae) dan Ompu Partahian (tinggal di Silindung dan kawin dengan Boru Nainggolan).

Siringkiron
Ompu Siringkiron keturunannya hanya satu yaitu Ompu Mangarerak. Anak dari Ompu Mangarerak juga satu yaitu Ompu Sotargomar. Dan anak dari Ompu Sotargomar ada tiga orang yaitu Ompu Singgar Diaji, Ompu Panggalang dan Ompu Tinsut.

Berdasarkan Tarombo Siringkiron, Ompu Singgar Diaji merantau ke Madina Tapanuli Selatan dan mereka telah membuka perkampungan (huta) disana. Sementara keturunan Ompu Panggalang sebagian merantau ke Janji Angkola dan Tapanuli Tengah dan sebagian lagi tinggal di Silindung. Dan keturunan Ompu Tinsut ada yang tinggal di Pahae dan sebagian merantau ke Janji Angkola dan Sipirok Tapanuli Selatan.

Sibange-bange
Ompu Sibange-bange mempunyai tiga anak yaitu Sariburaja, Datu Manggiling dan Raja Tinaruan.

Saribu Raja
Keturunan atau pomporan dari Saribu Raja enam orang yaitu Tuan Saur, Ompu Pangarisan, Namora Batu Mundom, Ompu Ni Anggara, Daruhan Lombang dan Sampulu Tua. Keturunan dari Ompu Saribu Raja pada awalnya sebagian besar sudah pergi ke Pahae.

Datu Manggiling
Keturunan kedua dari Ompu Sibangebange adalah Datu Manggiling. Tarombo Datu Manggiling yaitu Namora Hussus, Tuan Boksa, Ompu Soripada, Datu Mira dan Jarangar. Keturunan dari Jarangar ada dua orang yaitu Patuan Jonang dan Guru Tinandang (Datu Tandang) yang membuka perkampungan (huta) di Huta Tinggi Laguboti.

Kabarnya, dari Huta Tinggi Laguboti anaknya yang kedua Guru Tinandang pergi ke daerah Porsea dan membuka perkampungan disana dan mereka menyebut Lumban.

Pemimpin Redaksi Wartapenariau.com, T. Sitompul adalah pomparan DATU Manggiling yaitu keturunan NAMORA HUSSUS dan saat ini, rumah kediaman keturunan Datu manggiling masih ada di Huta Labu Boti Huta Sitompul dengan batas sempadan, huta Lumbang Holbung.

Pemimpin Redaksi Wartapanariau.com adalah keturunan Ompu Sori Tua yang lahir di desa Sitompul yaitu huta labu Boti. Dan sampai saat ini di Desa Sitompul masih ada makam keturunan Ompu Soripada di Desa Sitompul yang terletak di atas Huta Lumbang Holbung.

Nenek (oppung na) dari Pemimpin Redaksi Wartapenariai.com ada 2 orang yaitu Opung Parbotik Sitompul dan Opung St Henneri Sitompul.

Saat ini Keturunan Raja Toga Sitompul sudah berserak ke seluruh pelosok tanah air di Indonesia, baik dari Silindung Tarutung, dari Luat Pahae dan dari Sibolga Tapanuli Tengah. Bahkan sudah ada yang tinggal menetap di luar negeri.

Marga Sitompul sama dengan marga lainnya suka merantau ke kota besar. Alasan merantau diantaranya sekolah dan mencari kerja. Daerah tempat merantau diantaranya Pematang Siantar, Medan,  Jakarta, Surabaya, Duri, Kota Dumai, Pekanbaru dan daerah lainnya. Marga Sitompul hampir sudah ada di setiap provinsi di Indonesia.

Sudah banyak marga sitompul yang berhasil, diantaranya ada yang menjadi Menteri, Kapolda, Hakim, Jaksa, Pengacara beken, anggota DPR RI, Pengusaha dan jabatan penting lainnya di Indonesia.

Bahkan ada marga Sitompul yang pernah memegang jabatan Menteri yaitu Ir Mananti Sitompul yang menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan dimasa Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tahun 1948.
Penyakit Kolera.

Menurut cerita beberapa orang marga sitompul, bahwa pada awalnya, pomparan Raja Toga Sitompul sudah merantau ke Pahae, tapi perpindahan besar-besaran (eksodus) terjadi ketika daerah Tapanuli mengalami penyakit Kolera. Penyakit Kolera ini terjadi ketika perang Padri. Ribuan orang tewas mengenaskan akibat perang dan tergelatak begitu saja di kampung-kampung, di jalanan dan ada yang dibuang begitu saja. Mayat membusuk mengakibatkan bau busuk. Muncullah penyakit kolera yang mengakibatkan kematian.

Melihat situasi dan kondisi demikian, maka banyak masyarakat yang meninggalkan Rura Silindung. Khusus marga sitompul, mereka pergi ke Pahae menemui saudara-saudaranya yang sudah terlebih dahulu merantau ke daerah tersebut. Dari Luat Pahae, sebagian dari mereka berangkat ke Sibolga, ke Adiankoting, ke Sipirok dan daerah lain.

Demikian yang dapat dihimpun oleh Pemimpin Redaksi Wartapenariau.com, T.Sitompul Mantan Ketua Raja Toga Sitompul, boru, bere dan Ibebere Se-Kota Dumai.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *